Maka dari itu Raja Singo Sastro menuliskan surat kepada umat manusia, janganlah lagi libatkan kami dunia hewan dalam permainan suit jarimu itu, kalau telunjuk boleh lah itu melambangkan manusia, yang memang suka menunjuk, tunjuk sana, tunjuk sini, perintah sana, perintah ini, untuk jari kelingking, mbok ya o diganti mengibaratkan pengusaha, dan jempol mengibaratkan para kaum buruh misal, jangan lagi mengibaratkan kelingkin sebagai semut yang bisa mengalahkan jempol yang diibaratkan gajah. Padahal tidak begitu yang gajah rasakan, jangan lagi melibatkan dunia hewan dalam permainan manusia itu. Begitu kurang lebih isi suratnya.
Nah, bisa jadi dalam permainan suit jari itu emang jari kelingking diibaratkan pengusaha dan jempol sebagai kaum buruh, mengingat jumlah buruh tentu lebih besar daripada pengusaha, jempol lebih besar daripada kelingking, trus untuk jari telunjuk yang suka menunjuk, suka memerintah itu apa maksud dari dongeng ini adalah pemerintah? Lalu apakah hukum suit yang pasti ada yang bisa kalah dan menang masih bisa diberlakukan dengan pengibaratan tersebut? Dongen mbah Jiwo memang menggelitik sekali, heuheuheuheu.
No comments:
Post a Comment