cookieOptions = {link}; Puasa | Hafid Junaidi

Wednesday, August 11, 2010

Puasa

Ada artikel menarik tetang puasa yang saya dapat dari sufinews.com dengan judul Puasa Syari'at, Thoriqoh dan Hakikat. Mungkin artikel ini dapat menjawab beberapa pertanyaan kita apa itu puasa? apa hakikat puasa? dan diharapkan kita lebih mengerti juga tentang puasa. Berikut ini kutipan dari situs tersebut yang membahas Puasa Syari'at, Thoriqoh dan Hakikat.

Puasa Syariat adalah menahan diri dari makan dan minum, dan dari berhubungan suami isteri di siang hari. Sedangkan Puasa Thoriqoh itu, mengekang seluruh tubuhnya dari hal-hal yang diharamkan, dilarang dan dicela, seperti ujub, takabur, bakhil dan sebagainya secara lahir maupun batin. Karena semua itu bisa membatalkan puasa thoriqoh.

Puasa syariat itu ada batas waktunya. Sedangkan Puasa thoriqoh senantiasa abadi tak terbatas seumur hidupnya. Itulah yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Betapa banyak orang berpuasa tetapi puasanya tidak lebih melainkan hanya rasa lapar…” (Hr. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Karena itu disebutkan, betapa banyak orang berpuasa tetapi ia justru berbuka, dan betapa banyak orang yang berbuka (tidak puasa) namun ia berpuasa. Yakni menahan anggota badannya dari dosa-dosa, menahan diri dari menyakiti manusia secara fisik, seperti firman Allah Ta’ala dalam hadits Qudsy: “Puasa itu untuk Ku dan Aku sendiri yang membalas pahala puasa.” (Hr. Bukhori) “Bagi orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan ketika berbuka, dan kegembiraan ketika memandang Keindahan Ku.”

Bagi Ulama syariat dimaksud dengan berbuka adalah makan ketika matahari terbenam/ maghrib, dan melihat bulan di malam Idul Fitri. Sedangkan ahli thoriqoh menegaskan bahwa berbuka itu akan diraih ketika masuk syurga dengan memakan kenikmatan syurga, dan kegembiraan ketika memandang Allah swt. Yaitu ketika bertemu dengan Allah Ta’ala di hari kiamat nanti, dengan pandangan rahasia batin secara nyata. Sedangkan Puasa Hakikat adalah puasa menahan hati paling dalam dari segala hal selain Allah Ta’ala, menahan rahasia batin (sirr) dari mencintai memandang selain Allah Ta’ala seperti disampaikan dalam hadits Qudsy: “Manusia itu rahasiaKu dan Aku rahasianya.”

Rahasia itu bermula dari Nur-Nya Allah swt, hingga ia tidak berpaling selain Allah Ta’ala. Selain Allah Ta’ala, tidak ada yang dicintai atau disukai dan tak ada yang dicari baik di dunia maupun di akhirat. Bila terjadi rasa cinta kepada selain Allah gugurlah puasa hakikatnya. Ia harus segera mengqodho puasanya, yaitu dengan cara kembali kepada Allah swt dan bertemu denganNya. Sebab balasan Puasa Hakikat adalah bertemu Allah Ta’ala di akhirat. - Syeikh Abdul Qodir Al-Jilany (Dalam Kitab Sirrul Asror)

No comments:

Post a Comment