Pada suatu masa, Raja Singo Sastro menulis surat kepada umat manusia setelah dibangunkan dari kantuknya oleh Ratu Singo Jendro ketika para Gajah melakukan protes agar pelambangan gajah sebagai jempol yang selalu kalah dari semut jari kelingking diganti. Karena gajah merasa pernah mengibaskan semut yang menghinggap di lebar telinganya dan semutpun terpental. Yang artinya bagi gajah tidaklah adil jika ia dilambangkan sebagai jempol dalam permainan suit jari yang selalu kalah dengan jari kelingking. Apalagi sekarang di jaman perangkat genggam pintar jempol malah merajai segalanya. Dengan jempol postingan berarti disukai, dengan jempol orang bisa berkomentar di medsos, dengan jempol orang menguasai dunia jagat maya dengan gadgetnya, tidak pernah ada orang yang menggunakan gadget yang merajai dunia saat ini dengan jari kelingkingnya.
Maka dari itu Raja Singo Sastro menuliskan surat kepada umat manusia, janganlah lagi libatkan kami dunia hewan dalam permainan suit jarimu itu, kalau telunjuk boleh lah itu melambangkan manusia, yang memang suka menunjuk, tunjuk sana, tunjuk sini, perintah sana, perintah ini, untuk jari kelingking, mbok ya o diganti mengibaratkan pengusaha, dan jempol mengibaratkan para kaum buruh misal, jangan lagi mengibaratkan kelingkin sebagai semut yang bisa mengalahkan jempol yang diibaratkan gajah. Padahal tidak begitu yang gajah rasakan, jangan lagi melibatkan dunia hewan dalam permainan manusia itu. Begitu kurang lebih isi suratnya.